Sutono : Kolaborasi Teknologi Bisa Tingkatkan Produktifitas Pertanian
Metro : Kolaborasi antara teknologi dan pertanian bisa meningkatkan produksi pertanian. Dukungan semua stake holder juga menjadi faktor penting dalam mendukung keberhasilan sektor tersebut.
Demikian disampaikan Ketua Kerukunan Tani Nasional Indonesia (KTNA) Provinsi Lampung, Sutono dalam sarasehan di Taman Agrowisata Punden Mulyosari, Kecamatan Metro Barat, Kota Metro, Sabtu 8 Februari 2020.
“Alhamdulillah saya bisa hadir di Mulyosari. Bahwa ada satu kegiatan yang penting untuk kita semua, maka dari itu saya memberikan apresiasi penghargaan kepada pak Marsono,” ujar Sutono.
Mantan Sekretaris Daerah (Sekda)Provinsi Lampung ini mengatakan, sosok petani Marsono ini sudah meraih penghargaan petani tingkat nasional. Maka kata Sutono, sangatlah penting apabila ada kolaborasi antara Marsono dengan Dr Fran selaku anak muda yang penuh inovasi kreatif dengan menggunakan teknologi.
Bahwa support dokter Dr Fran ini luar biasa karena Pak Lurah tadi termasuk pak Marsono dan Bu Lasmi yang merupakan srikandinya Kecamatan Metro Barat.
Sutono yang menggantikan posisi Joko Umar Said sebagai ketua KTNA Provinsi Lampung itu juga mengatakan, bahwa dirinya juga sebagai ketua alumni IPB dan paham tentang pertanian.
MAKA dari itu, lanjut menurut Sutono, apa yang dilakukan dan diraih oleh Marsono masih sebagian kecil. Terlepas dari hal tersebut perlu adanya kolaborasi dengan Dr Fran. Jika paduan keduanya berhasil, maka ke depannya diharapkan yang kecil itu kan menjadi luar biasa dan bermanfaat bagi seluruh petani di Kota Metro khusus nya.
“Dengan kolaborasi diharapkan akan lebih baik,” kata Sutono.
Sutono juga menambahkan, dirinya bekas pejabat dan sangat paham seluk beluk pemerintahan dan birokrasi. Agar semuanya bisa terwujud, dirinya akan memberikan pemikiran dengan merubah mindset atau pola pikir kalau cara pikirnya berubah maka akan diikuti dengan tindakan-tindakan berubah yang lebih baik.
“Dari pak Marsono ini kalau nggak membawa berkah yang nggak ada gunanya. pak Marsono membawa berkah di lingkungannya,” imbuhnya.
Mantan pasangan Herman HN dalam pemilihan gubernurr Lampung medio 2018 ini mencontohkan suatu hal yang ekstrem. Bahwa pada saat dirinya menjalani masa kuliah, ada pembahasan tentann Negara Qatar di Jazirah Arab dulunya padang pasir tandus tetapi dengan teknologi dengan inovasi sekarang Qatar penghasil tanaman holtikultura.
Qatar berubah dari wilayah yang dahulunya hanya padang gersang selama 30 tahun itu menjadi menjadi penghasil sayur dan buah. Hal ini dikarenakan inovasi dan teknologi.
“Dr Fran ini juga pengen Kota Metro pertaniannya dirubah dengan teknologi untuk perbaikan dan membawa keberkahan.Yang enggak bisa menjadi bisa, yang baik menjadi lebih baik dengan teknologi. Itu sedikit yang ingin saya sampaikan.” kata Sutono.
Dalam diskusi tingkat nasional di Kementerian Pertanian tentang pertanian yang pernah diikutinya, dibahas tentang digitalisasi pertanian berbasis teknologi. Hasil diskusi itu
hendaknya bisa diintegrasikan dengan sistem dan semuanya integreted dengan sistem agribisnis pertanian.
Bahwa sistem agribisnis ini mencirikan produktivitas pertanian harus naik. Selanjutnya, indikator efisien dan nilai tambahnya produksinya tinggi kalau jualnya rendah.
” tidak ada gunanya jadi 3 Konstitusi harus menjadi dikombinasikan,” katanya.
Terkait dengan konsep agrowisata Taman Punden Mulyosari ini dikombinasikan dengan pendidikan sudah tepat. Artinya, secara teknisnya lanjut Sutono, jika pola yang diterapkan di taman Punden Mulyosari hanya begitu-begitu saja tidak akan terlalu berpengaruh dan bermanfaat secara luas. Maka sangat diperlukan adanya kolaborasi korporasi dengan pengembangan wilayah secara satu kesatuan.
Pola ini sudah dirinya terapkan saat menjadi Sekda di Lampung Selatan selama 4 setengah tahun, demplot tahun 2010 tahun 2012.
” sekitar 9 tahun yang lalu saya sudah praktek pertanian padi organik dengan sistem pupuk kompos Yani pupuk kotoran hewan,” kenang Sutono.
Namun pola yang diterapkannya itu kata Sutono justru gagal, karena pupuk kotoran hewan pupuk kompos itu tidak bisa menyaingi dengan pupuk urea dan KCL. Penyebabnya, kandungan unsur haranya (tanah, red) rendah
“Saat ini tanda-tanda semua tanah kita sudah keracunan sudah terjadi, yang mengakibatkan tidak bisa dikombinasikan dengan pupuk organik berbasis kompos,” jelasnya.
Delapan 8 tahun yang lalu, kata Sutono dirinya pernah mengadakan seminar di Universitas Lampung untuk pertanian organik berbasis mikroba. Intinya kata Sutono, kalau provinsi Lampung mau mengambil keputusan memakai pupuk organik harus kombinasinya pupuk berbasis mikroba.
Teman seangkatan mantan Menteri Pertanian Indonesia, Anton Prianto ini mengakui pernah mendiskusikan soal pertanian Lampung. Dalam diskusi dengan Anton Prianto itu dikatakan bahwa jika pertanian Lampung harus diperbaiki dengan sistem
pertanian pupuk mikroba.
” itu sudah 7 tahun lalu kita diskusikan dengan teman seangkatan saya kuliah yang juga mantan menteri pertanian Bapak Anton. Dia manggil saya Tono saya juga manggil dia Anton. Bahwa untuk perbaikan pertanian Lampung dengan kondisinya kopinya hancur badannya hancur produksi pertanian nya rendah, maka harus di kombinasi dengan sistem pertanian pupuk mikroba,” kata dia.
Sutono meyakinkan para audien bahwa jika sistem pupuk mikroba itu diterapkan akan berhasil karena teknologi ini sangat tepat kalau membuat padi organik diperlukan 7 Kali panen.
” ternyata dengan teknologi lebih cepat dan ini ilmu yang harus kita coba dan kita terapkan untuk meningkatkan produktivitas pertanian.Jadi ini confirm dengan teknologi dan kolaborasi Dr Fran tadi,” kata Sutono. (***)